Prediksi dan Tren HR 2022 dari Gartner, Forbes, dan Sumber Terpercaya Lainnya

“Salah satu tren HR 2022 yang menjadi poin utama adalah 95% HR leaders setuju kalau nantinya ada beberapa karyawan yang tetap mau bekerja secara remote bahkan setelah pandemi.” — Gartner, Top 5 HR Trends and Priorities for 2022

Pandemi yang kita sebut sebagai Coronavirus Disease 2019 telah mengubah hampir segalanya, termasuk bagaimana kita bekerja dan bagaimana kita mengelola Sumber Daya Manusia.

tren hr 2022

Oleh sebab itu, mayoritas perusahaan harus segera melakukan perubahan strategi workforce dan workplace mereka untuk beradaptasi. Di sisi lain, para HR leaders harus mulai merancang atau mengembangkan cara baru untuk mengidentifikasi, menarik, dan mempertahankan talent yang memiliki keterampilan. Tidak hanya itu, employee value proposition (EVP) dan kinerja bisnis secara overall juga termasuk ke dalam tanggung jawab HR leaders lainnya.

Untuk mempermudah Anda, para HR leaders, dalam merancang strategi, Anda membutuhkan beberapa prediksi atau tren HR apa yang kemungkinan besar akan terjadi di tahun 2022 ini. Kami telah melansir serta melakukan kurasi dari beberapa sumber dari Gartner, Forbes dan beberapa riset lainnya untuk menentukan Tren HR 2022 mana saja yang kemungkinan besar bisa diterapkan di Indonesia.

Prediksi dan Tren HR 2022

HR Trend No. 1: Hybrid work adalah pendorong transformasi bisnis

Tren pertama yang dituliskan oleh Gartner adalah tentang hybrid work. 95% HR leaders memiliki ekspektasi kalau hybrid work akan terus terjadi, bahkan setelah pandemi berakhir. Pernyataan ini didukung oleh survei yang dilakukan Accenture. Menurut survei, 83% pekerja lebih menyukai model kerja hybrid dan 63% perusahaan high-growth telah mengadopsi model kerja “productivity anywhere.” 

Baik bagi karyawan maupun pemberi kerja, bekerja dari mana saja itu adalah tentang menghasilkan hasil, terlepas dari di mana atau kapan pekerjaan itu dilakukan. Salah satu Associate Professor dari Harvard Business School, Prithwiraj Choudbury, mengeluarkan sebuah riset yang berjudul “Our Work-from-Anywhere Future.” Salah satu kesimpulan dari riset tersebut adalah mayoritas pekerja setuju kalau bekerja dari mana saja adalah benefit penting dari sebuah pekerjaan.

tren hr 2022

Sampai sini, HR sebaiknya mulai merancang kebijakan dan memberi support pada model kerja hybrid ini. Hal-hal sederhana seperti untuk jam sekian sampai sekian para pekerja hybrid harus standby sampai yang kompleks harus tetap diatur. Collaboration software adalah hal wajib yang harus diterapkan di sini. Beberapa contoh software yang bisa Anda gunakan adalah Google Workspace, Larksuite, Trello, Slack, dan lainnya.

Berhubung Anda harus support model kerja hybrid, Anda juga harus memikirkan urusan ‘administrasi’ pekerja. Presensi, tracking waktu, payroll, dan lainnya adalah beberapa contohnya. Untuk itu, Anda memerlukan HRIS Cloud, lebih tepatnya HRIS Cloud untuk Enterprise. Kemungkinan besar, HRIS Cloud kelas enterprise itu butuh banyak kustomisasi karena harus bisa diintegrasikan dengan sistem lain milik perusahaan, jadi carilah provider yang menyediakan kemampuan ini. 

Baca Artikel Bermanfaat Ini: 8 Keuntungan Menggunakan Sistem Cloud HR Terkustomisasi

HR Trend No. 2: Keterampilan Baru Semakin Dibutuhkan

Menurut Gartner, 29% skills yang ada di lowongan kerja sekitar tahun 2018 akan kedaluwarsa di tahun 2022.  

Menurut Jeanne C. Meister, Founder dari Future Workplace Academy, ada 4 hal yang akan bertahan lama kedepannya, hal tersebut adalah Artificial Intelligence, Data and Tech, Human Machine Teaming, dan Creativity and Innovation. Semua pekerjaan yang memang bisa diautomasikan akan diautomasikan. Oleh sebab itu, HR harus punya strategi matang dalam hal ini. Apakah mau memberikan pelatihan ke pekerja agar relate skillnya nanti? Apakah mau melakukan ‘efisiensi’ dengan mengurangi workforce? Atau punya strategi lain? Apapun itu, Anda harus segera menyiapkannya sekarang.

Passion

Ada tren yang mulai bergerilya lainnya saat ini. Menurut Glassdoor, beberapa perusahaan technology seperti Google, Microsoft, Apple, dan lainnya, menawarkan pekerjaan bergaji tinggi kepada mereka yang memiliki keterampilan yang sedang dibutuhkan, terlepas apapun gelar pendidikannya.

Misalnya, Anda seorang lulusan Sastra. Namun, Anda punya berbagai sertifikasi di bidang cybersecurity. Peluang untuk masuk ke perusahaan Bitdefender tetap terbuka. Kuncinya ada pada keterampilan dan praktik apa yang bisa kalian lakukan.

HR Trend No. 3: Well-being Pekerja Semakin Menurun 

Jadi, apakah model kerja hybrid akan ‘menelurkan’ masalah baru? Jawabannya, tentu, bisa. Meskipun hybrid produktivitas harus tetap normal. Hal ini yang mungkin akan menjadi masalah bagi beberapa pekerja. Ingat, tidak semua pekerja memiliki latar belakang yang sama. Ada pekerja yang memang bisa akses tempat nyaman untuk pekerja, ada juga yang tidak bisa begitu. Ada pekerja yang sedang sakit tapi akses menuju fasilitas kesehatan ada, ada juga yang tidak bisa begitu. Apapun itu, sebaiknya Anda mulai mencoba mendengarkan pekerja Anda.

Paychex dan Future Workplace melakukan penelitian. Penelitian tersebut mendapatkan hasil kalau 62% karyawan ingin tunjangan yang berhubungan dengan financial. Beberapa diantaranya adalah dana pensiun dan pendidikan.

Di sisi lain, BrightPlan 2021 Wellness Barometer Survey menunjukkan hasil kalau healthcare adalah benefit yang paling diinginkan pekerja. Diikuti dengan benefit kerja remote dan financial wellness.

tren hr 2022

Apapun surveinya, well-being karyawan harus tetap diperhatikan. Dan, salah satu untuk menjaga hal tersebut adalah dengan benefit atau tunjangan karyawan. Mulai dari sekarang, sebaiknya, Anda mulai merencanakan hal ini, tentunya, dengan memperhatikan berbagai pertimbangan.

Baca Artikel Bermanfaat Ini: 5 Langkah Efektif untuk Merancang Tunjangan Karyawan

HR Trend No. 4: Karyawan ingin merasa dipahami dan dihargai

HR leaders perlu membangun hubungan employee dan employer yang lebih manusiawi. Pastikan Anda mendengar dan menghargai keresahan yang dirasakan karyawan Anda. Ingat, pusatkan manusia sebagai workforce perusahaan Anda, bukan mesin pencetak uang.

Blue Beyond Consulting melakukan sebuah survei dengan mengambil sampel 753 HR leaders dan perwakilan pekerja. Survei tersebut menghasilkan beberapa temuan. Salah satu temuannya adalah 8 dari 10 karyawan berpendapat kalau value dan ekspektasi perusahaan itu harus selaras dengan value dan ekspektasi mereka. Untuk lebih jelasnya, silakan lihat grafik di bawah ini.

tren hr 2022

Selanjutnya, penelitian kami menemukan lebih dari separuh pekerja pengetahuan mengatakan mereka akan berhenti dari pekerjaan mereka jika nilai-nilai perusahaan mereka tidak selaras dengan nilai mereka sendiri, dan hanya satu dari empat pekerja pengetahuan yang cenderung menerima pekerjaan di perusahaan yang nilainya tidak selaras. untuk mereka sendiri.

Kemudian, temuan selanjutnya menyatakan kalau lebih dari setengah pekerja akan berhenti dari suatu pekerjaan jika nilai dan ekspektasi perusahaan tidak selaras dengan mereka. Di sini, para HR leaders harus melibatkan dirinya dalam ‘program saling mendengar dengan karyawan’. Setelah mendengar, Anda harus mulai berkomitmen pada kondisi kerja yang lebih manusiawi untuk semua karyawan di mana pun mereka bekerja.

HR Trend No. 5: Jangan Lupa Meningkatkan Kualitas Tim HR

tren hr 2022

HR sering kali menanyakan kondisi karyawan Anda. Namun, apakah Anda pernah menanyakan kondisi tim HR Anda?

GP Strategies pernah melakukan riset. Dalam riset itu, mereka melakukan survei ke 549 HR leaders. Hasilnya, HR, sering kali, fokus pada pelatihan dan peningkatan keterampilan semua karyawan. Namun, mereka lupa meningkatkan keterampilan anggota tim mereka sendiri. Hal ini perlu juga untuk diubah, titik.

HR Leaders atau bahkan C-level harus mulai bertanya pada diri sendiri. Saya menyuruh orang lain ‘belajar’, apakah saya sendiri sudah ‘belajar’?

Jadi Begini….

2022 sudah berjalan 4 bulan, Anda sebaiknya segera melakukan sesuatu berdasarkan  prediksi atau tren HR 2022 ini. 

Kemungkinan besar dimulai dengan memperbaiki well-being dan kerja hybrid. Iya benar, tidak semuanya bisa mendapat benefit kerja hybrid. Untuk itu, Anda harus menggantinya dengan memberikan benefit lebih untuk mereka yang tidak hybrid. Terkadang, jumlah benefit yang sama itu bukan sesuatu yang adil. Anda harus memperhitungkan jenis kerja mereka dulu, baru rancang benefit mereka. 

Untuk Anda yang ingin bertanya lebih jauh akan hal ini atau tanya tentang proses transformasi digital perusahaan Anda, silakan klik banner di bawah ini untuk memulai diskusi dengan tim kami. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

A. Alfan Alif

Share on:

To the top

Related Posts

Recent Posts