Penerapan dan Kondisi Hybrid Working di Indonesia

“70% of Southeast Asia respondents say hybrid work arrangements will increase productivity and creativity”. — Ernst & Young, 2021 Work Reimagined Employee Survey.

Model kerja atau tempat kerja yang menerapkan aturan hybrid memiliki banyak benefits.

Baca Artikel bermanfaat ini: Saatnya Hybrid Working, Kenali Keuntungan dan Tantangannya Sekarang

Namun, kebanyakan dari survei tersebut menggunakan responden dari negara-negara barat yang notabenenya, mayoritas, sudah memiliki infrastruktur yang baik dan merata. Untuk itu, artikel ini akan mencoba untuk mencari sudut pandang baru dari negara-negara Asia Tenggara atau Southeast Asia, termasuk diantaranya adalah Indonesia.

Kemudian pertanyaan muncul, mengapa atau adakah alasan Hybrid Working di Indonesia ini harus dilakukan? 

Oke mari kita mulai membahasnya. 

The Cultural Landscape of Southeast Asia

Sebelum kita mulai lebih jauh, kita harus mencoba untuk memahami, apa nilai budaya yang mayoritas negara-negara di Asia Tenggara “percayai”.

Dan ternyata, negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan mayoritas lainnya itu lebih memegang erat nilai kekeluargaan atau group oriented.  

Tentu, hal tersebut juga terjadi dalam budaya officenya. Mereka cenderung lebih suka ngumpul, lunch bersama, kalau ada suatu achievement mereka langsung ingin mengadakan makan – makan. Intinya semuanya harus dilakukan bersama-sama. 

Oke backtrack sebentar.

Dulu ketika masih berada di bangku perkuliahan, ada sebuah mata kuliah yang berjudul “Cross Cultural Communication”. Salah satu pembahasan dalam mata kuliah tersebut adalah tentang perbedaan work culture dari negara barat dan negara-negara di Asia Tenggara. Intinya, culture negara barat mayoritas adalah individualis. Mereka cenderung mau memutuskan apapun sendiri tanpa “musyawarah” terlebih dahulu. Mereka juga cenderung “ahli” dalam memisahkan masalah personal dan professional begitu pula dengan membagi mana teman personal dan mana teman professional. 

hybrid working di indonesia
Anda bisa menemukan pengetahuan tersebut di buku ini

Hal yang berbeda terjadi di mayoritas negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Negara Asia Tenggara cenderung sangat kekeluargaan, group oriented, dan lain sebagainya pokok harus berkelompok. Mereka cenderung mengambil keputusan sendiri setelah berkonsultasi dengan orang-orang sekitarnya. 

Hal senada juga dikatakan oleh Mickael Feige, perwakilan YCP Solidiance Partner di Thailand. Dia bilang, kalau di Thailand, para pekerja itu bekerja secara remote, namun dalam hatinya mereka ingin segera lunch bersama koleganya seperti dulu. 

Riset dari Microsoft juga senada dengan riset yang ada di awal artikel tadi, 78% pekerja remote SEA itu takut dengan Covid-19 tapi sangat rindu dengan suasana face to face atau lunch bersama dengan kolega kerjanya.

Sebatas pendapat, beberapa pekerja Indonesia itu ingin ke kantor karena ingin menikmati fasilitas kantor plus bersosialisasi dengan kolega. Banyak dari mereka yang rumahnya itu, maaf, tidak cocok untuk dijadikan workspace karena berbagai alasan. Setidaknya, alasan itulah yang saya dapatkan dari beberapa teman.

Sampai sini mungkin Anda sudah mulai mengerti “cuplikan” kondisi culture kerja Indonesia maupun Asia Tenggara. Dua hal ini, takut penyebaran covid tapi ingin bertemu kolega, tentu kontradiktif dan Anda sebagai leaders harus berusaha menemukan solusinya. Kemungkinan besar, solusinya adalah model kerja Hybrid.

Beberapa Riset dan Pendapat Ahli tentang Hybrid Working di Indonesia

Sebuah Press Release dari Ernst and Young Indonesia menunjukkan beberapa hasil survei tentang model hybrid working di Indonesia. 

85% pekerja demand fleksibilitas jam kerja dan lokasi kerja dan bahkan, 54% diantaranya akan keluar jika tuntutan itu tidak dipenuhi oleh perusahaan. 

hybrid working di indonesia

Luis Lubis, salah satu perwakilan Ernst and Young Indonesia, mengatakan perusahaan yang memang sudah mampu secara infrastruktur dan teknologi untuk melakukan model kerja hybrid, maka segera aktifkan mode kerja hybridnya.

Oke, memang ini sebuah tantangan untuk perusahaan. Perusahaan harus mencoba untuk menyeimbangkan “jadwal on-site dan remote work” serta memberikan kepercayaan kepada pekerjanya. Menurut bapak Luis Lubis, ketika perusahaan memberikan kepercayaan kepada pekerja hybridnya, kemungkinan besar mereka akan lebih creative dan resilient. 

Beberapa Key Recommendations Lainnya untuk Menerapkan Hybrid Working di Indonesia

hybrid working di indonesia
  • Segera buat skema kerja hybrid yang merata

Menggunakan sistem shift adalah salah satu solusinya. Semisal, pekerja ABCD minggu pertama harus on-site dua hari. Kemudian, pekerja EFGH minggu kedua harus on-site dua hari, begitu seterusnya. Untuk masalah clock in dan clock out juga sebaiknya menggunakan mobile app di smartphone

  • Review atau replace keamanan data perusahaan dan pekerja.

Periksa seluruh keamanan data perusahaan Anda. Kalau perlu gunakan Antivirus yang memiliki kelas enterprise. Begitu pula untuk pekerja yang hybrid. Encourage mereka untuk menggunakan antivirus berkualitas.

  • Tempatkan pekerja dan kebutuhan mereka menjadi prioritas utama.

Mungkin sekali-kali, Anda menyuruh para team lead untuk melakukan diskusi santai dengan anggota timnya. Saling berbagi informasi tentang apapun, termasuk kebutuhan pekerjanya. Hal tersebut tentu akan membuat pekerja merasa engaged dengan perusahan.

Dan rekomendasi selanjutnya adalah…

Untuk tahu apa saja rekomendasi, solusi atau apapun yang berkaitan dengan hybrid working di Indonesia, ayo gabung dengan obrolan santai kami. Anda akan berkesempatan langsung ngobrol dengan para expert yang sudah menerapkan model kerja hybrid. Klik banner di paling bawah untuk mulai gabung ya!

hybrid working di indonesia
A. Alfan Alif

Categories:

Events WTalk

Share on:

To the top

Related Posts

Recent Posts