Pernahkah Anda merasa terganggu dengan strategi pemasaran dari sebuah brand? Misalnya ketika harusnya Anda santai berkeliling mall untuk quality time bersama keluarga, tapi malah “dibuntuti” oleh sales yang menawarkan layanan/produk. Tidak hanya Anda, saat ini sudah banyak yang merasa bahwa pendekatan agresif untuk jualan itu jadi bumerang. Bukannya makin nyaman dan ingin membeli, tapi jadi risih. Konsumen baik B2B atau B2C sekarang lebih relate dengan pendekatan yang halus, relevan dan memberi nilai lebih sebelum akhirnya meminta mereka untuk membeli. Di sinilah strategi soft selling berperan penting!. Bukan hanya teknik membujuk, soft selling adalah seni membangun hubungan, kepercayaan, dan persepsi positif secara konsisten.
Nah, di artikel ini, mari kita bahas lebih lanjut apa itu soft selling, seperti apa contohnya di 2025 ini, dan mengapa pendekatan ini semakin penting bagi brand yang ingin berkembang.
Apa itu Soft Selling?

Soft selling adalah teknik penjualan yang fokusnya menciptakan hubungan baik dan memberikan value tambahan kepada konsumen dengan konsisten dan berkelanjutan.
Biasanya harus bisa menciptakan rasa percaya sebelum mendorong konsumen melakukan transaksi.
Melansir dari Harvard Business Review, penjualan modern tidak lagi tentang “closing deal” semata, tapi tentang menjadi konsultan yang dipercaya dalam prosesnya. Anda akan memposisikan diri sebagai partner bagi konsumen, bukan hanya sales.
Sementara menurut Journal of Personal Selling & Sales Management, menunjukkan bahwa soft selling punya andil yang besar dalam mendongkrak kepuasan pelanggan dan bisa membangun kesetiaan pelanggan yang berkepanjangan.
Gartner dalam surveinya menyatakan bahwa 83% pelanggan lebih memilih mencari informasi sendiri dengan leluasa sebelum memutuskan untuk konsultasi dengan sales representative.
Baca juga: 15 Rekomendasi Aplikasi CRM Terbaik di Tahun 2025
Apa bedanya Soft Selling dengan Hard Selling?
Setelah mempelajari apa itu soft selling di atas, kita ulas sedikit definisi hard selling.
Hard selling adalah teknik penjualan yang berbanding terbalik dengan soft selling. Menurut Investopedia, hard selling cara pendekatannya secara terbuka atau terlihat jelas untuk tujuan berjualan.
Biasanya langsung dilakukan dengan metode iklan singkat atau dengan salesperson yang bertugas menemui calon pelanggan. Hanya saja, makin ke sini, cara ini semakin ditinggalkan. Sebab, tidak sedikit orang yang mengganggapnya agresif dan mengganggu.
Namun, hard selling tidak sepenuhnya buruk. Semua kembali kepada kebutuhan perusahaan. Untuk beberapa tujuan, teknik ini masih sangat efektif dan diperlukan.
Contoh Soft Selling

Di tahun 2025. Soft selling adalah teknik penjualan yang tidak terbatas pada obrolan basa-basi atau sekadar ramah. Ia sudah berevolusi menjadi strategi komunikasi brand dengan pendekatan berbasis konten, relasi, dan pengalaman digital yang dipersonalisasi. Berikut ini beberapa contoh praktik soft-selling yang relevan di tahun ini:
Memanfaatkan AI untuk Personalisasi
Dalam teknik soft selling, bantuan teknologi AI biasanya akan digunakan untuk menganalisis perilaku dan preferensi pelanggan. Sehingga bisa memungkinkan tim sales menyampaikan pesan yang relevan tanpa ada pemaksaan.
Contohnya, dengan bantuan AI, perusahaan bisa mengidentifikasi waktu terbaik menghubungi prospek atau menyesuaikan konten penawaran sesuai kebutuhan spesifik calon pelanggan. Hal ini bisa menjadikan pendekatan yang dilakukan lebih personal dan efektif untuk membangun hubungan baik dengan pelanggan.
Mengurangi Broadcast Secara Massal
Melansir dari laman Ethical Sales, saat ini kelelahan digtal atau digital fatigue marak terjadi karena orang-orang cenderung mengonsumsi konten digital dan terknoneksi secara digital setiap waktu. Jika Anda mengirimkan email atau pesan broadcast, hanya akan berakhir sia-sia. Sebaiknya fokus membuat konten yang lebih spesifik, sesuai dengan kebutuhan prospek dan menghubunginya pun dari channel yang memang mereka suka.
Membangun Kepercayaan Melalui Konten Edukatif
Perusahaan memproduksi konten yang edukatif seperti artikel, webinar, dan studi kasus yang membantu prospek memahami solusi yang ditawarkan oleh jasa atau produk kita. Pendekatan ini memungkinkan prospek untuk mengeksplorasi informasi secara mandiri, kemudian bisa membangun kepercayaan terhadap brand sebelum mereka mengambil keputusan.
Mengadopsi Pendekatan yang Konsultatif
Di sini, dengan teknik soft selling, tim sales bisa berperan sebagai konsultan yang membantu prospek menangani kendala mereka. Jadi tidak hanya berhenti di berjualan produk semata. Pendekatan ini menekankan pada pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pelanggan dan menawarkan nilai tambah melalui saran yang relevan dan bermanfaat.
Baca juga: 8 Indikator Kepuasan Pelanggan yang Perlu Anda Ketahui
Manfaat Soft Selling

Meskipun pendekatan soft selling adalah cara untuk menghindari tekanan dan agresivitas dalam berjualan ke prospek. Akan tetapi, soft selling juga dapat menghasilkan berbagai manfaat strategis jangka panjang bagi bisnis Anda. Berikut beberapa di antaranya:
Membangun Kepercayaan Pelanggan
Soft selling fokusnya ada pada kebutuhan pelanggan dan metode komunikasi yang empatik. Dengan begitu, bisa menciptakan kepercayaan yang kuat. Kepercayaan itu penting, menurut Mailchimp, 44% konsumen bersedia menghabiskan setidaknya $500 lebih per tahun untuk brand yang mereka percayai. Sementara 55% tidak akan mendukung brand jika sudah dikecewakan.
Meningkatkan Hubungan dengan Pelanggan
Pendekatan soft selling menekankan pada pemahaman perspektif, prioritas dan rasa frustasi pelanggan. Dengan menunjukkan empati Anda kepadanya, sekaligus menawarkan solusi yang pas, soft selling bisa jadi memperkuat hubungan antara brand Anda dan pelanggan.
Meningkatkan Kepuasan & Kepercayaan Pelanggan
Soft selling adalah teknik yang tidak memaksa pelanggan untuk membeli, namun fokus pada kebutuhan mereka. Sehingga menunjukkan kepedulian dan bisa meningkatkan kepuasan pelanggan. Sebab, mereka merasa dipedulikan dan diperhatikan oleh brand.
Meningkatkan Komunikasi dengan Pelanggan
Dengan terus mendengarkan pelanggan, memahami problem emreka, dan menunjukkan bagaimana produk dan layanan Anda dapat membantunya, maka soft selling adalah cara alami yang bisa meningkatkan komunikasi Anda dengan pelanggan.
Bukan hanya itu, dengan pendekatan soft selling yang mumpuni secara bertahap, Anda akan dengan mudah meningkatkan konversi.
Bisa Diadaptasi di Berbagai Jenis Usaha
Salah satu keunggulan soft selling adalah sifatnya yang fleksibel dan mudah disesuaikan. Terlepas dari seberapa itu skala dan sektor yang bisnis Anda jalani. Baik bergerak di ranah UMKM, startup, hingga perusahaan besar sekalipun, pendekatannya tetap relevan. Kuncinya hanya terletak pada bagaimana Anda bisa menyesuaikan gaya komunikasi dan strateginya. Sehingga lebih tepat sasaran dan membangun interaksi.
Kesimpulan
Sebagai penutup, soft selling adalah strategi penjualan yang tidak hanya halus, tetapi juga pondasi untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Dengan memprioritaskan empati, edukasi, dan relevansi ke pelanggan sebagai fokus utama. Dengan begitu, bisnis bisa menghadirkan pengalaman yang lebih terpersonalisasi dan bermakna untuk jangka waktu yang lama.
Untuk mendukung strategi soft selling yang efektif, diperlukan tools yang mampu mengintegrasikan berbagai channel untuk pelanggan. Di sinilah Freshdesk Omnichanel dari Weefer hadir sebagai solusi yang tepat.
Dengan menggabungkan berbagai macam channel mulai dari email, panggilan langsung, chat, dan sosial media yang hadir di satu platform terintegrasi. Plus, ditambah dengan support kecerdasan buatan Freddy AI, yang bisa memungkinkan tim Anda memberikan layanan yang cepat dan konsisten.
Tim ahli dari Weefer siap membantu Anda menyesuaikan solusi ini dengan kebutuhan bisnis Anda, sehingga ROI bisa optimal dan transformasi digital jadi lebih sukses. Pelajari lebih lanjut dan uji coba gratis di sini!
Siap Tingkatkan Efektivitas Soft Selling Anda?
Dengan Freshdesk Omnichannel, Anda bisa menjangkau pelanggan lewat live chat, email, telepon, dan media sosial—semua dari satu dashboard.