Di tahun 2025, MPS adalah strategi yang semakin menjadi krusial. MPS atau Master Production Schedule memang bukan hal baru, apalagi di bidang manufaktur dan supply chain.
Di tengah tekanan pasar yang dinamis dan kebutuhan pelanggan yang terus berubah, perusahaan butuh sistem perencanaan produksi yang lebih cerdas dan responsif.
Nah, di sinilah MPS berperan penting, membantu Anda merancang jadwal produksi yang realistis, efisien, dan selaras dengan permintaan. Artikel ini akan membahas apa itu MPS, manfaat utamanya bagi bisnis, serta contoh penerapannya yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini. Yuk, kita kupas tuntas!
Apa itu MPS?
Master Production Schedule atau MPS adalah plan utama yang dipakai dalam pengaturan proses produksi untuk barang jadi. Di dalamnya tercantum apa saja yang perlu diproduksi, berapa jumlahnya, dan kapan harus diproduksi.

Singkatnya, MPS memuat semua informasi penting seputar produksi, termasuk jadwal waktu pengerjaan, seperti estimasi lama waktu produksi (lead time). Untuk itu, MPS bisa membantu produksi bekerja lebih efketif dan sesuai kebutuhan.
Menurut artikel “Master production scheduling: a function based approach” yang diterbitkan di ScienceDirect, MPS telah berkembang dari sekedar pemicu dalam sistem Material Requirements Planning (MRP) menjadi fungsi manajemen yang mengkoordinasikan antara produksi dan penjualan. MPS menerjemahkan permintaan pasar menjadi rencana produksi yang konkret. Membantu perusahaan dalam mengoptimalkan alokasi sumber daya dan memenuhi permintaan pelanggan secara efisien.
Sementara SafetyCulture, menuturkan bahwa MPS adalah alat perencanaan produksi yang menentukan produk apa yang harus diproduksi, dalam jumlah berapa, dan kapan harus diproduksi. MPS tak hanya membantu dalam merencanakan produksi, tetapi juga berperan penting dalam mengelola inventaris, kapasitas produksi, dan kebutuhan material, sehingga memastikan bahwa produksi berjalan lancar dan efisien.
Baca juga: 15 Software Manufaktur Terbaik di 2025 Menurut ERP.org
Manfaat MPS Agar Proses Produksi Lebih Terarah

MPS adalah strategi yang bukan hanya tentang jadwal produksi. Tapi, soal mengatur arah kerja supaya tidak berantakan. Tanpa MPS, pabrik bisa saja jadi kuwalahan, stoknya menumpuk, supplier kebingungan, dan tim jadi tidak bekerja maksimal. Tapi kalau pakai MPS dengan benar, bisnis Anda bisa jalan lebih stabil, rapi, dan siap hadapi permintaan yang berubah-ubah.
Jadi kalau produksi mulai sering kacau dan prioritas sering berubah tidak jelas, bisa jadi, saatnya Anda kenalan lebih dalam dengan manfaat MPS.
Membuat permintaan lebih stabil
Permintaan dari pelanggan itu sering fluktuatif. Kalau tidak dikontrol, bisa membuat pabrik kerja tak terarah. MPS adalah sebuah langkah yang bisa membantu menyamakan ritme produksi dengan cara mengatur ukuran batch yang pas, jadi walaupun permintaannya “loncat-loncat”, produksi tetap stabil dan efisien.
Melindungi lead time & jadwal pengiriman
Sering terjadi kasus semaam ini, produk butuh waktu 100 hari untuk diproduksi, tapi permintaan masuk minta dikirim dalam 50 hari. Belum mulai saja, sudah membuat kuwalahan. Nah, MPS membantu menghindar dari skenario panik seperti ini dengan memisahkan jadwal produksi dari tekanan permintaan. Hasilnya? Produksi tetap realistis dan tim bisa fokus sesuai rencana.
Jadi satu sumber informasi untuk semua tim
MPS itu seperti peta utama yang bisa dilihat semua orang, tim produksi, gudang, hingga manajemen. Jadi semua tim tahu arah dan tujuan produksi tanpa miskomunikasi. Tidak perlu lagi ada yang jalan sendiri-sendiri.
Membantu rantai pasok menentukan prioritas
Dengan jadwal produksi yang tetap, tim supply chain, terutama bagian pembelian, dapat mengatur prioritas dengan lebih jelas. Dengan jadwal produksi yang jelas, tim pembelian atau supply chain bisa lebih mudah menetapkan prioritas. Tidak perlu sering berganti fokus karena ada “kasus darurat” setiap minggunya. Supplier juga bisa kerja lebih tenang karena tahu apa yang dibutuhkan dan kapan.
Produksi menjadi lebih stabil dan terencana
MPS biasanya dirancang bersama stakeholder utama dan dikunci dalam jangka waktu tertentu (misalnya 6 minggu ke depan). Artinya, rencana tidak boleh asal diubah. Kalau pun ada perubahan, kontrolnya ketat. Hal ini bisa membuat tim produksi jadi fokus, tidak panik kalau ada perubahan dadakan, hasilpun jadi optimal.
Perbedaan Master Production Schedule (MPS) vs Material Requirements Planning (MRP)

MPS adalah sebuah peta makro yang dapat memberikan petunjuk kapan saja produksi bisa dimulai. Ia berangkat dari permintaan independen (forecast & order pelanggan) dan menetapkan volume per SKU pada horizon tertentu, misalnya 13 minggu rolling. Tujuannya memastikan kapasitas pabrik selaras dengan komitmen pasar tanpa over atau under-production.
Material Requirements Planning (MRP) bekerja satu level di bawahnya. Setelah MPS menetapkan kebutuhan produk jadi, MRP menghitung bagaimana memenuhi jadwal tersebut: komponen apa saja, berapa banyak, dan kapan harus dibeli atau dibuat. Output-nya berupa purchase order, work order, sampai rencana inventory, semua didasarkan pada demand dependen (struktur BOM, stok, lead-time).
Simpelnya, MPS itu rencana produksi makro, kalau MRP itu perhitungan material mikro. MPS memandu lini produksi agar kapasitas tidak “megah di kertas” tetapi mustahil dijalankan. MRP mencegah pabrik berhenti karena baut kecil belum datang. Jika MPS berubah (mis. lonjakan order), MRP otomatis merevisi kebutuhan material,itulah sebabnya integrasi keduanya di satu platform ERP/APS menjadi best practice.
Tren 2025 menunjukkan pentingnya sinergi ini. Pasar perangkat lunak MRP global diproyeksikan hampir dua kali lipat dari USD 7,5 miliar (2023) menjadi USD 14,8 miliar pada 2032, terdorong adopsi AI-IoT yang menuntut data MPS/MRP real-time. Survei Manufacturing Dive 2025 mencatat 94% produsen menambah investasi teknologi inti seperti ERP-MES untuk menguatkan visibilitas supply chain, area yang tak lepas dari kolaborasi MPS-MRP.
Bagi Anda, memahami peran “kakak-adik” ini bukan sekadar teori, melainkan fondasi agar jadwal produksi akurat, stok terjaga, dan pelanggan puas tepat waktu.
Baca juga: 17 Rekomendasi MRP Software untuk Pabrik di Indonesia 2025
Contoh Format MPS
Contoh 1

Contoh 2

Contoh 3

Kesimpulan
MPS adalah jantung planning manufaktur yang modern, ia bisa menerjamahkan demand market menjadi proses produksi yang lebih presisi dan sesuai kebutuhan. Benefitnya makin terasa di 2025 ketika pabrik mulai beralih pakai AI dan IoT untuk mengatasi meningkatnya demand dalam hitungan menit.
Contoh sukses di berbagai sektor, dari otomotif hingga FMCG, menunjukkan bahwa perusahaan yang menempatkan MPS sebagai fondasi mampu meraih efisiensi biaya hingga dua digit dan mempersingkat lead-time secara drastis.
Jika Anda ingin membawa praktik MPS ini ke level berikutnya, SAP S/4 HANA dari Weefer adalah solusi ERP yang sudah teruji membantu manufaktur menggabungkan MPS, MRP, serta analitik real-time dalam satu ekosistem terpadu. Dengan database in-memory, Anda akan mendapatkan visibilitas menyeluruh, mulai dari prediksi permintaan hingga kapasitas shop-floor, sehingga setiap keputusan produksi berbasis data akurat, bukan asumsi.
Butuh Solusi untuk Sinkronisasi Demand dan Kapasitas Produksi?
Manfaatkan fitur Predictive MRP dan Capacity Planning dari SAP S/4HANA untuk mengoptimalkan Master Production Scheduling (MPS). Dapatkan visibilitas menyeluruh terhadap permintaan, kapasitas, dan stok dalam satu dashboard terintegrasi.