Tantangan Industri Manufaktur di 2023 (dan Bagaimana Solusinya)

Industri manufaktur adalah salah satu ujung tombak sekaligus fondasi dari perekonomian Indonesia. Karena itu, tantangan industri manufaktur menjadi salah satu topik hangat yang sering kali dibahas setiap tahunnya. Sebelum membahas ini lebih lanjut, ada baiknya kita tahu, sebenarnya “sebesar” apa industri manufaktur Indonesia itu.

Secara jumlah, industri ini menempati urutan ketiga sebagai industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Menurut data BPS di tahun 2021, jumlah tenaga kerja di industri manufaktur adalah kurang lebih 18,20 juta, berada di bawah sektor pertanian (termasuk kehutanan dan perikanan) yang sebesar 37,13 juta dan sektor perdagangan besar dan eceran yang sebesar 25,74 juta. 

Dalam hal Purchasing Managers’ Index (PMI) ASEAN yang dirilis oleh S&P Global, Industri manufaktur Indonesia berhasil mencatatkan angka 52,7 di bulan April 2023. Angka ini cenderung meningkat dari bulan September 2022 meskipun naiknya tidak signifikan. Dengan perolehan tersebut, Indonesia menduduki posisi ke-3 di bawah Thailand dan Myanmar. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam siaran persnya mengatakan, “nilai PMI Indonesia masih berada dalam ambang batas positif, bahkan nilainya masih bisa naik sampai April ini. Berbagai upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi telah dilakukan pemerintah dan semua pelaku usaha untuk mencapai hal ini.”

purchasing manager index indonesia 2023

Menurut siaran pers yang sama, pencapaian nilai PMI ini merepresentasikan naiknya angka rata-rata utilisasi industri manufaktur, yaitu sebesar 71,4%. Empat utilisasi paling signifikan berasal dari industri kendaraan bermotor, trailer dan semi-trailer, reparasi dan pemasangan mesin, dan industri makanan.  

Oke, industri manufaktur memang masih bisa bertahan dan mulai bangkit lagi pasca pandemi meskipun tidak signifikan, namun, bukan berarti industri ini tetap berjalan tanpa tantangan ya. 

Tantangan Industri Manufaktur di Tahun 2023 Menurut Deloitte

Deloitte merilis sebuah insight yang berjudul “2023 Manufacturing Industry Outlook.” Dalam rilis ini, Deloitte mencoba untuk mencari tahu apa saja tantangan industri manufaktur di tahun 2023. Untuk informasi, mereka melakukan survei kepada 100 eksekutif dan senior leader di bulan Agustus 2022 kemarin.

Lantas, apa saja isi jawaban dari para responden itu?

Pertama) Investasi ke teknlogi canggih 

Topik ini masih menjadi tantangan bagi mayoritas industri manufaktur. Menururt survei, dalam 12 bulan ke depan, para responden ingin fokus ke beberapa berinvestasi ke sektor teknologi dengan harapan agar mereka bisa meningkatkan efisiensi operasional sekaligus mengurangi risiko operasionalnya. Lalu, sektor teknologi apa saja yang mereka ingin investasikan? 5 urutan teratasnya adalah Robotics and automation (62%), Data analytics (60%), Internet of Things (39%), Additive manufacturing (33%), dan Cloud computing/storage (32%).

Kedua) Retensi karyawan yang Rendah

Tetap bersaing di pasar tenaga kerja yang semakin ketat sekaligus berusaha untuk mempertahankan talenta agar tidak sering “keluar dengan sukarela” menjadi prioritas utama selanjutnya bagi mayoritas pelaku usaha industri manufaktur di tahun 2023. Semakin memperburuk keadaan, beberapa perusahaan penyedia bahan baku dan perusahan logistik/distributor yang menjadi rantai pasokan industri manufaktur juga terkena efek dari hal ini. Jelas, semua ini akan memengaruhi operasional secara keseluruhan. 

75% responden bilang kalau mereka ingin mempertahankan talenta milik mereka daripada harus “cari yang baru.” Karena itu, mayoritas perwakilan industri manufaktur berencana untuk menerapkan beberapa strategi talent management dalam mengatasi permasalahan ini, terutama masalah mempertahankan talenta mereka.

Ketiga) Menjamin rantai pasokan 

Rantai pasokan adalah salah satu nyawa dari sebuah industri manufaktur. Sayangnya, 80% industri manufaktur mengaku kalau rantai pasokan mereka terkena dampak selama 12-18 bulan terakhir ini. Heavy and very heavy impact adalah yang mereka rasakan terkait disrupsi di sektor rantai pasokan. Apakah ini akibat dari pandemi?

Iya dan tidak. Begini, 90% responden berpendapat kalau disrupsi rantai pasokan ini ternyata sudah mulai muncul selama satu dekade terakhir. Dan, masa pandemi malahan lebih memperburuk segalanya. 50% responden menambahkan kalau mereka sudah merasakan penurunan angka produktivitas dan profit akibat dari semua disrupsi rantai pasokan ini. 72% dari mereka setuju kalau sampai disrupsi rantai pasokan ini terus terjadi, maka “the biggest uncertainty” dalam industri manufaktur dipastikan akan terjadi di tahun depan.

Keempat) Transformasi smart factory dan komitmen LST

tantangan-industri-manufaktur

Transformasi menuju ke smart factory adalah apa yang dibutuhkan industri manufaktur supaya mereka bisa bersaing di masa depan. 60% dari responden bilang kalau mereka ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan penyedia teknologi. Salah satu hal yang mereka ingin dapatkan adalah digitalisasi, contoh paling kecilnya adalah digitalisasi untuk urusan yang masih ada huungannya dengan dokumen atau surat-menyurat. 

Berikutnya, industri manufaktur juga akan lebih menguatkan komitmen LST atau lingkungan, sosial, dan tata kelola mereka. Tidak hanya itu, mereka juga ingin mewujudkan lingkungan kerja yang memiliki mematuhi “komponen” keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (atau biasa disebut dengan DEI, Diversity, Equity, and Inclusion). 

—  

Dengan beberapa tantangan di atas pertanyaan selanjutnya mungkin akan muncu di benak pikiran Anda. Kira-kira adalah solusi untuk mengatasi beberapa tantangan industri manufaktur tersebut? 

Apa yang bisa Dilakukan untuk Mengatasi Beberapa Tantangan Industri Manufaktur Ini? 

Berikut ini ada beberapa solusi Deloitte dan beberapa sumber lain yang bisa Anda simak untuk mengatasi tantangan di industri manufaktur. Perlu diingat, solusi ini tentu tidak bisa menyelesaikan 100% permasalahan industri manufaktur. Setiap perusahaan pasti punya permasalahan “khas”nya sendiri. 

Oleh sebab itu, jika mau menggunakan solusi ini, Anda harus memperhatikan berbagai aspek dan konteks yang mengelilingi tantangan di perusahaan manufaktur Anda. 

Baik, mari kita mulai.

#1) Investasikan dulu ke data analytics dan robotics and automation

Investasi dalam teknologi yang tepat dapat membantu Anda, para industri manufaktur, untuk beradaptasi atau pivot lebih cepat. 

Salah satu contoh pentingnya adalah ketika Anda memanfaatkan teknologi data analytics. Teknologi ini dapat membantu Anda dalam melakukan forecasting. Jadi Anda dapat melakukan semacam ramalan berbasis data terkait apa yang terjadi selanjutnya. Salah satu contohnya adalah bisa melakukan value mapping terhadap suppliers dan atau bahan baku serta meramalkan kapan akan terjadi shortage beserta dampaknya. Analisis semacam ini dapat memudahkan Anda dalam merancang mitigasi atau tindakan preemtif saat masa-masa uncertain terjadi.

#2) Strategi talent management

Untuk mempertahankan pekerja Anda atau untuk menarik pekerja bertalenta baru di perusahaan Anda, Anda bisa melakukan beberapa hal berikut ini:

Meningkatkan gaji atau benefits: Pastikan Anda memperhatikan gaji di pekerja bagian produksi. Pastikan kalau gaji mereka layak sesuai dengan peraturan dan risikonya. Kalau memang memungkinkan, naikkan gaji atau benefits mereka. Untuk para eksekutif di perusahaan, sebaiknya jangan terlalu diberi “keistimewaan.” 

Reskilling dan Upskilling : Mayoritas industri manufaktur akan menekankan strategi reskilling dan upskilling. Mereka akan mencoba untuk bekerja sama dengan perusahaan startup, supaya bisa mendapatkan teknologi dan skill baru. 

Kerja Fleksibel: Bagian operasional industri manufaktur, tentu tidak bisa kerja di rumah. Karena itu, Anda bisa berikan benefits, seperti mempermudah pertukaran shift kerja, memberikan opsi shift tambahan jika ada karyawan yang butuh tambahan uang karena suatu hal darurat, dan benefits lain yang semacamnya.

#3) Supply chain 

Untuk menjamin rantai pasokan, hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah menjaga hubungan Anda dengan supplier. Anda harus sering berkomunikasi bersama supplier supaya semuanya bisa selaras dan bisa mengantisipasi disrupsi jika terjadi suatu saat nanti. Karena itu Anda membutuhkan sebuah perangkat lunak kolaborasi dan komunikasi.

document sharing larksuite
Fitur Task Coordination dan Document Sharing

Pastikan kalau pilihan perangkat lunak Anda punya fitur komunikasi, sharing dokumen, task management, dan meeting management bersama tim eksternal atau tim dari perusahaan lain. 

Hal lainnya yang bisa Anda lakukan adalah meenggunakan supplier lokal dan menggunakan suatu teknologi untuk memantau visibilitas pasokan, sekaligus meningkatkan kontrol dan koordinasinya. 

#4) Tanggung jawab Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola

Kedepannya Industri Manufaktur akan lebih memperhatikan masalah pengelolaan limbah dengan menggandeng beberapa startup di bidang ini. Beberapa kendaraan logistik manufaktur juga mulai melirik solusi Electric Vehicle, demi tercapainya target zero emission. Yang terakhir, mereka juga mulai berencana untuk mengganti sumber listriknya (meskipun belum 100%) dengan energi terbarukan.  

#5) Project & knowledge management

Semua langkah dalam mengatasi tantangan industri manufaktur membutuhkan manajemen yang baik. Karena itu, sebuah kemampuan project sekaligus knowledge management digital wajib dimiliki oleh industri manufaktur manapun. Mengelola tugas, memantau progress, membuat dokumentasi perusahan dan kemampuan lainnya adalah apa yang Anda dapat dari fitur ini. 

fitur project management
Fitur Project Management

Tidak hanya itu, jika perusahaan Anda memiliki beberapa pekerja asing, Anda dapat langsung menerjemahkan semua ini menurut bahasa mereka, jika memang diperlukan. Ingat, jika Anda mau mengadakan meeting dengan partner kerja di belahan bumi melain, maka Anda harus perhatikan zona waktu mereka, dan ini bisa Anda sesuaikan langsung via fitur ini.

#6) Melakukan inspeksi atau pengecekan secara digital

Masih ada beberapa industri manufaktur yang menggunakan checklists kertas untuk melakukan pemeriksaan apapun. Cek stok, cek jumlah, cek kondisi, semuanya masih menggunakan kertas. Kemudian, semua kertas itu dikumpulkan lalu data dari kertas itu diinput satu persatu ke PC. Hal ini harus segera dihentikan.

Inspection Management Larksuite
Laporan Inspeksi atau Pengecekan

Karena itu, mayoritas industri manufaktur setuju kalau semua proses ini harus bisa dilakukan secara digital. Setidaknya, hal ini dapat dilakukan dengan smartphone. Akan lebih baik lagi jika device yang digunakan para pekerja ini adalah device yang memang didesain untuk kebutuhan outdoor atau setidaknya punya sertifikasi militer agar device tersebut tahan dengan berbagai kondisi area manufaktur.

#7) Manajemen komplain 

Lebih lanjut lagi, para responden bilang kalau industri manufaktur, mulai sekarang, harus memikirkan juga tentang masalah layanan aftersales. Biasanya, industri manufaktur itu hanya fokus ke proses produksinya saja, untuk urusan logistik dan penjualan….. mereka akan serahkan itu ke PT lain.

tantangan industri manufaktur - complaint management
Fitur Complaint Management

Setelah produk lolos uji QA dan QC, manufaktur akan “lepas tangan”. Hal ini sebisa mungkin harus diperbaiki. Agar menjaga industri manufaktur Anda tetap baik, sebuah manajemen komplain digital harus disematkan. Di situ, berbagai komplain terkait produk Anda akan tertulis dan terekam. Dengan begitu, Anda dapat lebih mengetahui tentang kondisi final dari produk Anda. 

Tunjukkan ke customer (PT yang handle urusan penjualan atau logistik Anda) kalau Anda memang benar-benar peduli dengan produk Anda. Salah satu caranya adalah mempraktikkan proses manajemen komplain ini. Kemungkinan besar, nilai customer satisfaction Anda akan meningkat jika berhasil menjalankan rangkaian proses ini.

Tantangan Industri Manufaktur Ada di Depan Mata

Perusahaan manufaktur yang sudah mature dalam hal investasi teknologi cenderung menunjukkan resiliensi yang besar saat pandemi terjadi. Karena itu, industri manufaktur sekarang sedang dan akan meningkatkan investasi mereka ke berbagai perangkat lunak maupun perangkat keras. Mereka melakukan ini supaya mereka dapat mengantisipasi berbagai tren atau tantangan industri manufaktur ini. 

Tidak hanya itu mereka juga ingin kalau teknologi baru itu bisa meningkatkan efisiensi operasional mereka sekaligus mengurangi risiko operasional jikalau ada pandemi atau disrupsi yang akan terjadi kedepannya. 

Kalau Anda perhatikan, setengah dari solusi ini bisa Anda dapatkan kalau Anda memanfaatkan perangkat lunak kolaborasi yang kuat. Jadi, apakah Anda ingin tahu lebih lanjut tentang hal ini? Mari berdiskusi bersama karena kami ingin mendorong Anda untuk tidak sekedar “what to think” tapi juga “how to think” terkait solusi perangkat lunak kolaborasi di perusahaan Anda. Segera reach kami dengan klik banner di bawah ini, terima kasih dan semoga bisa membantu.

lark adalah
A. Alfan Alif

Categories:

Lark Suite

Share on:

To the top

Related Posts

Recent Posts